browsers -->

Sabtu, 10 Desember 2011

PROPOSAL

A.    JUDUL
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMA IHSANIYAH KOTA TEGAL TAHUN AJARAN 2010/2011
B.     LATAR BELAKANG
      Pendidikan agama Islam sangat erat sekali kaitannya dengan pendidikan pada umumnya. Pendidikan Islam bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan siswa terhadap Allah SWT. Tujuan pendidikan Islam yang sejalan dengan misi Islam yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai akhlakul karimah. Adapun tujuan utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi. Tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak yang dilakukan melalui proses pembinaan secara bertahap. Faktor kemuliaan akhlak dalam pendidikan Islam di nilai sebagai faktor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang menurut pandangan Islam berfungsi menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera di dunia dan di akherat
  Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan di antaranya yaitu masa remaja. Remaja adalah bagian umur yang sangat banyak mengalami kesukaran dalam hidup manusia di mana remaja masih memiliki kejiwaan yang labil dan justru kelabilan jiwa ini mengganggu ketertiban yang merupakan tindakan kenakalan. Dalam perkembangan hidupnya remaja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu intern dan ekstern. Faktor intern berasal dari individu itu sendiri sedangkan faktor ekstern berasal dari luar individu. Kedua faktor tersebut yang kemudian akan membentuk kepribadian remaja. Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa usia 12-21 tahun, secara global masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian umur: 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja akhir. Remaja sangat peka terhadap pengaruhpengaruh dari luar. Masa remaja merupakan masa pancaroba, pada masa transisi dari kanak-kanak menjadi dewasa ini ditandai dengan emosi yang labil dan berusaha untuk menujukkan identitas diri. Bimbingan dan perhatian orangtua sangat diperlukan agar remaja tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif. Pendidikan agama yang baik dalam keluarga adalah salah satu contoh perhalian orang tua terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang bermoral
Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja adalah kurangnya pendidikan agama dalam keluarga, orang tua kurang memiliki bekal dan mendidik anak dan kurangnya pendidikan agama di dalamnya. Keluarga yang tidak menanamkan pendidikan anak sejek kecil, sehingga mereka tidak dapat memahami norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang sesuai dengan ajaran agama tidak dicontohkan orang tua kepada anak sejak kecil. Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang dibentuk sejak lahir akan menjadi dasar pokok dalam pembentukan kepribadian anak. Apabila kepribadian dipenuhi oleh nilai agama, maka akan terhindarlah anak dari kelakukan-kelakuan yang tidak baik.
Keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk karena suatu ikatan perkawinan antara sepasang suami istri untuk hidup bersama. Keluarga merupakan lembaga pemdidikan yang bersifat informal yaitu pendidikan yang tidak mempunyai program yang jelas dan resmi, selain itu keluarga juga merupakan lembaga yang bersifat kodrati, karena terdapatnya hubungan darah antara pendidik dan anak didiknya. Dimana orangtua berperan sebagai pendidik dan anak-anaknya berperan sebagai anak didik. Keluarga merupakan ladang terbaik dalam penyemaian nilai-nilai agama. Pendidikan dan penanaman nilai-nilai agama harus diberikan kepada anak sedini mungkin salah satunya melalui keluarga sebagai tempat pendidikan pertama yang dikenal oleh anak. Orang tua pasti menginginkan agar anaknya kelak menjadi anak yang baik. Berbagai macam cara dan usahapun mereka lakukan untuk mewujudkan keingiuan tersebut, antara lain yaitu memberikan bimbingan dan pengarahan tentang agama dengan baik sejak kecil, mengawasi pergaulan anak dengan teman sebaya, memasukkan anak ke dalam sekolah yang mengajarkan pendidikan agama lebih banyak. Salah satu contoh orang tua memasukkan anak mereka di SMA Ihsaniyah Kota Tegal yang merupakan sekolah swasta Islam di Kota Tegal. Mereka beranggapan bahwa sekolah Islam mampu memberikan pendidikan agama yang optimal sehingga dapat membentuk anak menjadi pribadi yang baik dan bermoral. Di samping mengajarkan tentang pendidikan agama yang lebih sekolah Islam juga mengajarkan tentang pendidikan umum.
Dari sinilah penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang bagaimana pendidikan agama mereka baik di sekolah maupun dalam keluaga, juga hubungannya dengan kenakalan di SMA ini, untuk itu penulis ingin mengadakan penelitian dengan juduL HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMA IHSANIYAH KOTA TEGAL TAHUN AJARAN 2010/2011”.
 C.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut:
1. Bagaimana pendidikan agama yang diperoleh dalam keluarga dan kenakalan remaja pada siswa SMA Ihsaniyah Kota Tegal tahun ajaran 2010/2011 ?
2. Adakah hubungan antara pendidikan agama dalam keluarga dengan kenakalan remaja pada siswa SMA Ihsaniyah Kota Tegal tahun ajaran 2010/2011 ?
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian 
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dilihat dari permasalahan yang ada adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pendidikan agama dalam kaluarga dan kenakalan remaja  pada siswa SMA Ihsaniyah Kota Tegal tahun ajaran 2010/2011.
b. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan agama dalam keluarga dengan kenakalan remaja pada siswa SMA Ihsaniyah Kota Tegal tahun ajaran 2010/2011.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis, antara lain:
a. Manfaat Teoritis:
1) Menambah pengetahuan/wawasan bagi penulis khususnya dan bagi para    pembaca umumnya.
2) Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan.
b. Manfaat praktis
 1) Memberikan masukan kepada remaja agar berhati-hati sehingga tidak terjerumus pada tindakan  tindakan yang melanggar hokum atau agama.
2) Pertimbangan bagi orang tua, guru dan sekolah dalam menanamkan pendidikan agarna.
 3) Memberikan masukan bagi guru, orang tua dan sekolah dalam menangani masalah kenakalan remaja.
E.     KAJIAN PUSTAKA
1.       Ria Uji Prastianti (UNNES). Dalam skripsinya yang berjudul, 
"Peran Pemimpin Agama Dalam Menanggulangi Kenakalan remaja". Dari skripsi tersebut dapat     disimpulkan bahwa tindak penyimpangan atau kenakalan remaja dilatarbelakangi oleh beberapa faktor diantaranya adalah ketidakmampuan remaja dalam mengontrol diri,terlalu mengabaikan pendidikan,kurangnya kasih sayang serta pengawasan dan sanksi yang tegas dari orang tua.Untuk menanggulangi kenakalan remaja para pemimpin agama berperan sebagai pengarah serta pemberi motivasi yang mana hal tersebut dilakukan dengan cara menyelenggarakan berbagai macam kegiatan keagamaan baik untuk remaja maupun orang tua.Penanggulangan kenakalan remaja dilakukan oleh pemimpin agama. Skripsi ini berkaitan dengan penelitian yang akan penulis lakukan, dimana agama, baik berupa pengetahuan maupun kegiatan keagamaan berpengaruh terhadap kontrol diri remaja untuk melakukan kenakalan remaja.
2.      Dina Fitri Sofiana (UNNES), dalam skripsinya yang berjudul
"Pembentukan Perilaku Disiplin Peserta Didik Melalui Proses Sosialisasi di SMA Al Islam Miftahul Huda Kecamatan Gajah Kabupaten Demak", dapat disimpulkan bahwa proses sosialisasi dengan menggunakan metode metode sosialisasi tertentu disekolah berpengaruh pada pembentukan perilaku disiplin peserta didik
Berdasarkan karya tulis skripsi di atas memang telah ada penelitian yang mirip  dengan penelitian yang akan penulis lakukan,jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama dalam keluarga itu penting dalam membentuk kepribadian anak, dan peran orang tua sangatlah berpengaruh dalam membimbing, mengarahkan serta memberikan contoh yang baik terhadap anak. Untuk itu penulis akan mencoba mengangkat penelitian tentang hubungan antara pendidikan agama dalam keluarga dengan kenakalan remaja pada siswa SMA Ihsaniyah Kota Tegal Tahun Ajaran 2010/2011.

F.     LANDASAN TEORI
A.    Agama 
Agama menurut bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu a yang berarti tidak dan gama yang berarti kocar-kacir. Jadi agama berarti tidak kocar-kacir/teratur. Sedangkan menurut istilah agama adalah risalah yang disampaikan Allah kepada Rasul pilihan-Nya sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia untuk kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya baik didunia maupun diakhirat yang berisi aturan keimanan, hokum, tata nilai, dan norma untuk diaplikasikan dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata baik hubungannya dengan sesamanya serta dengan alam sekitarnya
Havilland dalam Kahmad (2002:119) mengatakan bahwa agama dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang diusahakan oleh suatu masyarakat untuk menangani masalah penting yang tidak dapat dipecahkan oleh teknologi dan teknik organisasi. Untuk mengatasi hal itu masyarakat berpaling kepada manipulasi kekuatan supranatural.
Agama menurut Geertz dalam Scharf (2004:36) adalah sistem lambing yang berfungsi menegakkan berbagai perasaan dan motivasi yang kuat, bejangkauan luas dan abadi pada manusia dengan merumuskan berbagai konsep mengenai keteraturan umum eksistensi dan menyelubungi konsep-konsep ini melalui sejenis tuangan faktualitas sehingga perasaan-perasaan dan motivasi itu sacara unik tampak realistik.
Pemahaman mengenai fungsi agama tidak dapat dilepas dari adanya tantangan-tantangan yang dihadapi manusia dalam masyarakat.Menurut Hendropuspito (1983:38-56) terdapat beberapa fungsi agama bagi manusia dan masyarakat, yakni:
a.       Fungsi edukatif
Manusia mempercayakan fungsi edukatif pada agama yang mencakup tugas mengajar dan membimbing. Keberhasilan pendidikan terletak pada pendayagunaan nilai-nilai rohani yang merupakan pokok-pokok kepecayaan agama. Nilai yang diresapkan antara lain: makna dan tujuan hidup, hati nurani, rasa tanggung jawab dan Tuhan.
b. Fungsi penyelamatan
Agama dengan segala ajarannya memberikan jaminan kepada manusia keselamatan di dunia dan akhirat.
c. Fungsi pengawasan sosial
Agama ikut bertanggung jawab terhadap norma-norma sosial sehingga agama menyeleksi kaidah-kaidah sosial yang ada, mengukuhkan yang baik dan menolak kaidah yang buruk agar selanjutnya ditinggalkan dan dianggap sebagai larangan. Agama juga memberi sanksi-sanksi yang harus dijatuhkan kepada orang yang melanggar larangan dan mengadakan pengawasan yang ketat atas pelaksanaannya.
d. Fungsi memupuk persaudaraan
Persamaan keyakinan merupakan salah satu persamaan yang bisa memupuk rasa persaudaraan yang kuat. Manusia dalam persaudaraan bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya saja, melainkan seluruh pribadinya juga dilibatkan dalam suatu keintiman yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercaya bersama.
e. Fungsi transformatif
Agama mampu melakukan perubahan terhadap bentuk kehidupan masyarakat lama ke dalam bentuk kehidupan baru. Hal ini dapat berarti pula menggantikan nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru. Transformasi ini dilakukan pada nilai-nilai adat yang kurang manusiawi. Sebagai contoh kaum qurais pada jaman Nabi Muhammad yang memiliki kebiasaan jahiliyah karena kedatangan Islam sebagai agama yang menanamkan nilai-nilai baru sehingga nilai-nilai lama yang tidak manusiawi dihilangkan. (http://id.wikipedia.org/wiki/fungsiagama  Juli 6,2011)
B.     Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan" mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan. Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.
Dari semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya insan kamil. Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah pendidikan agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan Islam menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-warna Islam. Untuk memperoleh gambaran yang mengenai pendidikan agama Islam, berikut ini beberapa defenisi mengenai pendidikan Agama Islam (http://idb4.wikispaces.com/pengaruh+PAI+terhadap+pembentukan+akhlak+siswa Juli, 6 2011 )
C.     Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja didefinisikan sebagai perilaku menyimpang atau tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (dalam, Kartono: 2003). Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan” (dalam, Kartini Kartono 1988: 93).Dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :
Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum;
Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
Menurut bentuknya, kenakalan remaja dapat di golongkan ke dalam tiga tingkatan yaitu :
(1)   Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.
(2)   Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin.
(3)   Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, tawuran antar pelajar, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll, (dalam. Sunarwiyati S: 1985).
2.  Definisi Kenakalan Remaja Menurut Para Ahli
·         · Kartono, ilmuwan sosiologi
Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
·         Santrock
“Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”
3.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja
1.    Keluarga
Lingkungan keluarga sesungguhnya sangat besar pengaruhnya terhadap kenakalan remaja, misalnya mereka sering menyaksikan atau mendengar hal-hal yang kurang serasi dalam keluarganya. Apabila suasana keluarga yang kurang serasi dan kurang memberikan jaminan bagi pertumbuhan pribadi yang sehat pada masa kanak-kanaknya itu, tidak diperbaiki sampai mereka mencapai usia remaja, maka akan terjadilah kesukaran yang sulit baginya untuk mengatasi dengan cara yang wajar dan sehat.
Pada umumnya para remaja sangat mengharapkan perhatian, pengertian dan penghargaan orang tuanya di samping kasih sayang yang wajar, tetapi ketika orang tua otoriter, maka yang kita sebut sebagai kenakalan remaja akan muncul dalam artian ingin memberontak. Sementara kalau orang tua permisif, remaja malah akan mencari-cari perhatian dengan segala tingkah lakunya yang kemungkinan besar menjurus ke kenakalan remaja. Bahkan, orang tua yang demokratis sekalipun.
2.    Pergaulan
Pada masa remaja, dimana pertumbuhan jasmani dan perhatian kepada pengembangan pribadi dan sosial meningkat. Mereka akan sangat terpengaruh oleh pergaulan atau teman-teman sebayanya dan lingkungan sosial ekonomi di mana mereka hidup.
Apabila para remaja melihat adanya perbedaan antara nilai-nilai moral dan agama yang mereka pelajari dengan kenyataan dalam masyarakat, maka mereka akan merasa gelisah dan tidak senang. Apalagi kalau mereka melihat adanya kepincangan-kepincangan antara golongan-golongan dalam masyarakat. Kekacauan yang berulang-ulang terjadi akan menyebabkan timbulnya rasa frustasi dalam hati mereka. Karena itulah maka dalam masyarakat yang keadaan sosial ekonominya menunjukkan banyak kepincangan, akan sering timbul tindakan-tindakan remaja yang kadang-kadang menyimpang dari nilai-nilai moral atau yang lebih dikenal sebagai kenakalan remaja.
3.    Remaja Itu Sendiri
Pada hakikatnya apa yang dilakukan oleh seorang remaja ketika mencoba menarik perhatian dari orang tua terlebih lagi teman, adalah untuk memuaskan diri remaja itu sendiri. Memuaskan di sini bukan hanya dalam arti negatif saja. Namun, demi memuaskan obsesinya itu, sering malah ”keterlaluan” dan ”berlebihan”.Apa pun yang terjadi kalau memang remaja tersebut punya ‘hati yang besar’ menyadari bahwa dia tidak akan bisa mendapatkan ’perhatian itu’, pasti dia bisa untuk tidak terperosok ke dalam jurang kenakalan remaja.
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka berada pada masa transisi
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
a.    Faktor internal :
1.    Krisis Identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan Remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2.    Kontrol Diri yang Lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
b. Faktor eksternal :
1.      Keluarga
Perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
1.      Teman sebaya yang kurang baik
2.      Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
3.     Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
4.      Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
5.      Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
6.      Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
7.      Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.(http://mangwar.wordpress.com/2011/01/31/kenakalan-remaja-sebagai-prilaku-menyimpang Juli,6 2011)
G.    HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan adalah ada hubungan yang signifikan antara pendidikan agama Islam dalam keluarga dengan tingkat kenkalan remaja siswa SMA Ihsaniyah Kota Tegal tahun ajaran 2010/2011.
H.    METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara-cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai tujuan penelitian (Kartini Kartono, 1996: 20)
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Ditinjau dari jenis penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), adapun pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Sutrisno Hadi (200: 301), metode diskriptif adalah penelitian untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan data dan selanjutnya menginterpretasikan data tersebut sehingga diperoleh informasi gejala yang sedang berlangsung sebagai pemecahan aktual.
2. Metode Penentuan Subjek
a. Populasi
Menurut Sutrisno Hadi (200: 102), Populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai satu sifat sama, sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa SMA Ihsaniyah Kota Tegal tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 205 siswa.
b. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 109), sampel adalah sebagian wakil dari populasii yang diteliti dengan menggunakan cara14 cara tertentu. Sedangkan menurut Sudyana (1996: 161), sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Ihsaniyah Kota Tegal tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 70 siswa.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data yang tepat dalam suatu penelitian akan memungkinkan dicapainya pemecahan masalah secara valid dan reliabel yang pada gilirannya akan memungkinkan dirumuskannya generalisasi yang obyektif (Hadari Nawawi, 1995: 94). Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitin ini adalah tehnik:
a. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara (interview) yaitu "suatu cara yang digunakan oleh seseorang untuk mencapai  tujuan tertentu dengan mencari keterangan secara lesan dari seseorang (responden), yang berbicara berhadapan muka dengan yang lain" (Koentjaraningrat, 1989:106). Metode ini di gunakan untuk mendapatkan data tentang situasi umum SMA Ihsaniyah Kota Tegal, proses pembelajaran, tingkah laku keagamaan siswa di sekolah.
b. Teknik Angket/Kuesioner
Metode angket/kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang  ketahui Metode ini di gunakan untuk mendapatkan data secara tertulis tentang pendidikan agama Islam dalam keluarga dan kenakalan remaja pada siswa SMA Ihsaniyah Kota Tegal tahun ajaran 2010/2011. Teknik Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Metode ini di gunakan untuk memperoleh data yang telah di dokumentasikan antara lain data sejarah SMA Ihsaniyah Kota Tegal, data dan jumlah guru, dan data siswa, struktur organisasi dan personalia.(Sugiyono, 2009:199)
4. Teknik Analisis Data
Analisa data pada penelitian ini adalah analisa bivariat. Analisa bivariat yang dipilih karena pada penelitian ini akan mencapai hubungan antara dua variabel yaitu pendidikan agama dalam keluarga sebagai variabel bebas dan kenakalan remaja sebagai variabel terikat. Untuk mengetahui kenormalan data dilakukan uji kolmogorof smirnov. Data normal menggunakan korelasi product moment dan jika data tidak normal menggunakan Uji statistic Spearman Rho Uji ini dipakai karena skala data yang dikumpulkan berbentuk ordinal (Arikunto, 2002) Adapun rumus korelasi product moment dan Uji statistic spearman rho adalah sebagai berikut:
a)      Rumus korelasi product moment:

                     rxy =     N ΣXY – (ΣX)( ΣY)










                                           2                2                                             2
                                {N ΣX – (ΣX)} – (N ΣY-(ΣY)

Keterangan :
rxy = angka indeks korelasi "r" product moment
N = jumlah responden
X = Pendidikan agama dalam keluarga
Y = Tingkat kenakalan remaja
YXY = jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
ΣX = jumlah seluruh skor X
ΣY = jumlah seluruh skor Y

b)      Rumus Rank Spearman:
                                                  2
                   Rhoxy =  1   –     6 ΣD
                                   n (n2 – 1 )

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Blog Good

www.pambiwara.co.cc

Yuni Zaharani mengatakan...

promo blog ya?

Nur Ngaenah mengatakan...

mantabb..
maju skripsi langsung..

Yuni Zaharani mengatakan...

makasih mba nurngaenah :D

Ricky dan hidayat sekarang berteman mengatakan...

semoga ilmu statistiknya benar-benar berguna wkwkwk

Posting Komentar