browsers -->

Senin, 28 November 2011

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia adalah pendidikan. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketrampilan, dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.
Untuk melanjutkan eksistensinya, setiap masyarakat harus meneruskan nilai-nilai, pengetahuan, ketrampilan, dan bentuk kelakuan lainnya kepada anggota mudanya. Tiap masyarakat meneruskan kebudayaanya dengan beberapa perubahan pada generasi muda melalui pendidikan, melalui interaksi sosioal. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai sosioalisasi.
Sosialisasi melalui pendidikan ini berjalan pada lembaga pendidikan/institusi pendidikan yang ada dalam masyarakat. Institusi pendidikan (sekolah) memiliki tugas membentuk kepribadian individu agar menjadi anggota masyarakat sesuai yang diharapkan.
Pendidikan bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah keatas mudah untuk diperoleh, berbeda dengan masyarakat di tingkat ekonomi bawah. Yakni mereka yang memiliki penghasilan rendah. Untuk makan saja susah apalagi untuk biaya sekolah, begitu rata-rata alasan yang mereka utarakan ketika ditanya mengenai pendidikan. Belum lagi sekolah sekarang tidak hanya menjadi tempat untuk menuntut ilmu, melainkan menjadi ajang bisnis. Predikat guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa kini tidak lagi pas, banyak guru yang cenderung komersil dan materialistis. Dari sini muncul keinginan penulis untuk mengkaji pandangan masyarakat tingkat ekonomi bawah terhadap pendidikan. Makalah ini berjudul “PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN”
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang muncul adalah bagaimana pandangan masyarakat dengan tingkat ekonomi bawah tentang pentingnya pendidikan?
            C. Tujuan               
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulis makalah ini adalah mengetahui pandangan masyarakat dengan tingkat ekonomi bawah tentang pentingnya pendidikan.

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    HASIL WAWANCARA
Wawancara penulis lakukan di Rejosari Rt.07/Rw.11.Gang.8.Kecamatan Semarang. Informan adalah seorang Ibu berusia 51 tahun bernama Ibu Muniati. Ibu Muniati memiliki 6 orang anak. Pendidikan terakhir anak pertamanya adalah SMEA di SMEA PELITA NUSANTARA,anak kedua SMP di SMP Dr.Tjipto, anak ketiga memiliki kelainan/cacat tidak dapat berbicara, terakhir sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) Suradaya, anak keempat lulusan STM hanya sampai kelas XI di STM Dr.Tjipto, anak kelima terakhir sekolah di SMA Sultan Agung, dan anak terakhir yakni keenam sampai sekarang masih bersekolah di SMP Mahat Islam. Pekerjaan ibu Muniati adalah berjualan makanan di warung kecil yang ia bangun apa adanya, suaminya adalah seorang wiraswasta dengan penghasilan yang tidak menentu. Ibu Muniati sendiri hanyalah tamatan sekolah dasar (SD)
Ketika ditanya tantang alasan pemilihan sekolah anak-anaknya, Ibu Muniati menjawab bahwa anak-anaknya sendirilah yang memilih sekolah tersebut. Anak Ibu Muniati banyak yang memilih sekolah kejuruan karena sekolah keguruan lebih mempersiapkan peserta didiknya untuk siap kerja, berbeda halnya dengan sekolah umum. Prestasi putra putrid Ibu Muniati biasa-biasa saja,tidak ada yang terlalu menonjol. Namun anak terakhirnya masuk peringkat (ranking) 5 besar di kelas.
Ketika ditanya bagaimana pandangan Ibu Muniati tentang pendidikan, apakah perlu diberikan pada anak? Beliau dengan tegas menjawab perlu, meskipun hanya berpenghasilan pas pasan. Dapat dikatakan untuk makan saja susah, Ibu Muniati berusaha menyekolahkan anaknya. Sebenarnya bu Muniati ingin menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi, tapi apa daya karena terbatasnya biaya. Ibu Muniati juga mengatakan bahwa sekarang sekolah mahal. Sulit dijangkau kalangan golongan ekonomi bawah. Ketika ditanya alasan bu Muniati menyekolahkan anaknya adalah untuk memperbaiki nasib, agar anak-anaknya tidak bernasib sama seperti ibunya. Ibu Muniati percaya bahwa dengan bersekolah, kesempatan memperoleh pekerjaan dan melakukan mobilitas sosial lebih terbuka ketimbang mereka yang tidak bersekolah.
B.     PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Ibu Muniati yang menjadi perwakilan masyarakat golongan ekonomi bawah masih memandang penting pendidikan bagi anak-anaknya. Hal ini terlihat dari upayanya untuk menyekolahkan anaknya meski harus bersusah payah mencari uang. Dari sini terlihat bahwa masyarakat golongan ekonomi bawah pun percaya bahwa sekolah membantu mempersiapkan anak untuk kerja, memberikan ketrampilan dasar, membuka kesempatan memperbaiki nasib, menyediakan tenaga pembangunan, membantu memecahkan masalah-masalah sosial, mentransmisi dan mentransformasi kebudayaan, dan membentuk manusia sosial.


                   















BAB IV

PENUTUP

A.    KESIMPULAN
            Secara ringkas, dapat disimpulkan bahwa pandangan masyarakat golongan ekonomi bawah terhadap pendidikan tidaklah berbeda dengan masyarakat golongan ekonomi menengah atas.Masyarakat golongan ekonomi bawah khususnya di Rejosari Rt.07/Rw.11 Gang.8 Kecamatan Semarang Timur memandang bahwa pendidikan itu perlu dan penting diberikan kepada anak, utamanya karena pendidikan (sekolah) membantu mempersiapkan anak untuk kerja, memberikan ketrampilan dasar, membuka kesempatan memperbaiki nasib, menyediakan tenaga pembangunan, membantu memecahkan masalah-masalah sosial, mentransmisi dan mentransformasi kebudayaan, dan membentuk manusia sosial. Jadi meskipun dengan penghasilan yang pas pasan dan tidak menentu, masyarakat golongan ekonomi bawah di Rejosari Rt.07/Rw.11 Gang.8 Kecamatan Semarang Timur tetap berupaya menyekolahkan anaknya dengan harapan di hari esok dapat memperbaiki taraf hidup keluarganya.
B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan adalah:
·         Perlu adanya perhatian khusus mengenai pendidikan bagi masyarakat golongan ekonomi bawah
·         Sebagai mahasiswa sebaiknya kita mampu memberikan solusi maupun memberdayakan masyarakat golongan ini
·         Perlu dibukanya kesempatan yang lebih luas kepada anak dari masyarakat golongan ekonomi bawah untuk mengenyam pendidikan
·         Pandangan tentang pentingnya pendidikan bagi masyarakat golongan ekonomi bawah di Rejosari Rt.07/Rw.11 Gang.8 Kecamatan Semarang Timur sudah bagus dan patut untuk dipertahankan.

4 komentar:

sheenta teas mengatakan...

kalau golongan menengah kebawah saja sesungguhnya masih menganggap penting arti sebuah proses pencarian ilmu, lalu siapakah sebenarnya yang bersalah dalam hal ini.?
tentunya kita tidak harus menyalahkan pihak-pihak tertentu. namun tidak ada salahnya kan kita memikirkan bangsa kita.?
mari kita berfikir ulang, siapakah sesungguhnya penyebab dari ketidakberhasilan Indonesia dalam bidang "Pendidikan".?

Yuni Zaharani mengatakan...

siap mba yasinta, mari kita sama sama berfikir dan berperan aktif dalam upaya pengentasan masalah pendidikan di negeri kita tercinta ini

EKON mengatakan...

hasik...hasikk...keduax ya...
kalau pendidikan hanya diprioritaskan untuk golongan menengah ke atas saja bagaiman SDM di negara kita bisa berkembang secara menyeluruh jika melihat bahwa kenyataaan dilapangan masyarakat menengah ke bawah jauh lebih banyak ketimbang masyarakt golongan atas...
persoalan sprti ini sebaiknya dikaji scra massive menyeluruh entah dari mental masyarakat, keterjaminan kesejahteraan pendidik (hhehhe...kyak qt nanti)blaa,...bla..

Anggit Maryatun mengatakan...

Hmmm...kiranya kisah Ibu Muniati bisa menjadi inspirasi untuk warga golongan ekonomi menengah ke bawah lainnya untuk tetap memandang pentingnya pendidikan bagi anak..harapannya tentu agar anak tidak bernasib sama seperti yang dialami orang tua mereka..untuk para orang tua di Indonesia SEMANGAAATTT....

Posting Komentar